Tempuyak Udang: Cita Rasa Fermentasi Durian yang Bikin Kangen Dapur Kampung
dokumentasi pribadi
Ada aroma khas yang langsung bikin ingatan melayang ke dapur rumah, ke masa-masa saat asap dapur naik tinggi dan suara ulekan batu lesung berpadu dengan tawa keluarga. Bagi banyak orang di Sumatera, aroma itu berasal dari tempuyak — fermentasi daging durian yang dikenal punya cita rasa unik: asam, gurih, dan sedikit menyengat, tapi justru di sanalah letak kenikmatannya.
Kali ini aku mencoba membuat tempuyak udang, salah satu masakan yang sejak dulu jadi kebanggaan kuliner tradisional di daerah seperti Bengkulu, Palembang, dan Lampung. Walau bahan dasarnya sederhana, rasanya luar biasa kaya. Perpaduan antara aroma fermentasi durian, pedas cabai, dan gurih udang benar-benar menciptakan sensasi yang susah dilupakan.
Bahan-bahan yang Digunakan, Untuk membuat hidangan ini, bahan-bahannya cukup mudah ditemukan di dapur sehari-hari:
- Tempuyak ¼ kg
- Ikan nila 1/2 kg
- Bawang merah 5 siung
- Bawang putih 2 siung
- Cabai rawit secukupnya (sesuai selera pedas)
- Cabai merah keriting secukupnya
- Kunyit secukupnya
- Lengkuas secukupnya
- Jahe secukupnya
- Garam secukupnya
- Gula pasir (opsional, untuk menyeimbangkan rasa)
- Penyedap rasa secukupnya
- Parutan kelapa secukupnya
- Santan kelapa secukupnya
Semua bahan ini dihaluskan secara manual menggunakan cobek — bukan blender. Proses menguleknya mungkin terasa melelahkan, tapi aroma yang muncul dari rempah-rempah yang bertumbukan itu… luar biasa! Ada wangi bawang yang manis, segar kunyit, dan tajamnya lengkuas bercampur jadi satu. Inilah rahasia kelezatan tempuyak udang yang sebenarnya: kesabaran dalam setiap gerakan di dapur.
Langkah Memasak Tempuyak Udang
- Haluskan bumbu.
Giling bawang merah, bawang putih, cabai, kunyit, jahe, dan lengkuas sampai halus. Kalau mau sensasi pedas yang nendang, tambahkan cabai rawit lebih banyak, serta parutan kelapa
- Tumis hingga harum.
Panaskan sedikit minyak di wajan, tumis bumbu halus sampai harum. Ini tahap paling menyenangkan—aroma rempah yang keluar bikin perut langsung lapar!
- Masukkan ikan
Tambahkan ikan yang sudah dibersihkan. Aduk hingga warnanya berubah dan bumbu mulai meresap.
- Tambahkan tempuyak
Masukkan tempuyak, aduk rata. Kamu bisa tambahkan santan kalau mau hasilnya agak berkuah.
- Bumbui dan cicipi.
Tambahkan garam, gula, dan penyedap rasa secukupnya. Masak sampai bumbu meresap sempurna, dan tekstur tempuyak menjadi agak kental.
- Sajikan hangat.
Angkat, sajikan dengan nasi putih hangat, dan nikmati perpaduan rasa asam, gurih, dan pedas yang khas.
Rasa yang Tak Tertandingi
Satu suapan pertama selalu bikin terkejut — asam dari tempuyak langsung terasa, tapi kemudian diimbangi oleh gurihnya udang dan aroma kelapa parut yang menyatu sempurna. Kalau kamu pecinta kuliner tradisional, rasa ini bisa bikin ketagihan. Uniknya lagi, rasa tempuyak makin kuat kalau disimpan semalaman. Jadi kalau dimakan keesokan harinya, bumbunya justru lebih meresap dan harum.
Bagi sebagian orang, aroma fermentasi durian mungkin butuh waktu untuk “berkenalan”. Tapi bagi lidah-lidah yang tumbuh di tanah Sumatera, aroma itu justru tanda rumah, tanda kehangatan, tanda bahwa makanan akan segera disajikan dengan cinta.
Sedikit Cerita di Balik Dapur
Aku pertama kali masak tempuyak karena penasaran. Biasanya cuma mencicipi kalau pulang kampung atau waktu ada acara keluarga. Tapi kali ini, aku ingin menghadirkan rasa kampung itu di rumah sendiri. Saat mengulek bumbu, ada rasa nostalgia. Suara cobek yang beradu dengan ulekan batu mengingatkan aku pada tangan ibu yang sabar menyiapkan masakan tiap pagi.
Begitu bumbu mulai ditumis dan aroma tempuyak keluar, rasanya seperti pulang ke masa kecil — duduk di dapur sambil menunggu masakan matang, mendengar suara api kompor yang kecil tapi konsisten. Masakan ini bukan cuma soal rasa. Ia membawa cerita tentang rumah, tentang tradisi yang tidak boleh hilang, dan tentang cinta sederhana yang lahir dari dapur.
Tempuyak bukan sekadar makanan — ia adalah potongan kecil dari perjalanan budaya dan kenangan. Dari dapur yang penuh aroma durian, kita belajar bahwa kelezatan tidak selalu datang dari bahan mahal, tapi dari kesabaran, keikhlasan, dan rasa cinta pada tradisi.
Jadi kalau kamu punya tempuyak di rumah, jangan ragu untuk mencoba resep ini. Siapa tahu, aroma dan rasanya nanti juga bisa membawa kamu pulang — ke dapur yang penuh kenangan dan kehangatan.


Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar yang santun. Jika sempat saya akan berkunjung balik. Terima kasih